Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu luang. Kalo orang kaya bisa dengan bermain golf, sponsbob berburu ubur-ubur, dora ngobrol sama peta nya, dan naruto ngintipin sakura. Nah yang gua lakuin untuk waktu luang gua adalah "Berburu Siluman Kera"
Alkisah dari desa ninja air "desa Jiwa Baru".
Dahulu kala para petani di desa kami hidupnya amatlah tentram, namun semuanya berubah ketika negara api menyerang. Kehidupan petani dan ladang mereka mulai terusik dengan datangnya para siluman kera dan siluman babi. Para siluman ini sering kali merusak taman ladang milik petani, Petani desa air pun mulai khawatir. Bertahun-tahun mereka mencari cara untuk melawan siluman-siluman ini seraya Berharap biksu Tong dan rombongan yang akan mengambil kitab suci kebarat melewati desa mereka.
Beruntung bagi mereka ketika pemerintah dinasti Su (suharto) mengadakan program migrasi yang membuat suku tanah dari pulau jawa dan bali bermigrasi ke desa kami. Suku tanah yang baru migrasi ini berkepercayaan hindu, sehingga siluman babi adalah makanan kesukaan mereka. Hal ini sangat menguntungkan bagi petani desa kami karna dapat membantu melawan siluman babi. Beberapa bulan berselang ternyata benar, siluman babi berkurang karna sering di buru oleh mereka. Satu jenis siluma telah ditaklukan.
Tersisa satu siluman yang masih meresahkan, benar sekali " siluman kera".
Melawan siluman kera tidak begitu sulit, kita hanya butuh sebuah senapan untuk menggertak dan sebuah ketapel untuk mengusir. Dan persiapan itu telah gua penuhi untuk berburu siluman kera di ladang keluarga gua.
Pagi-pagi gua berangkat naik motor menuju ladang bersama kedua sepupu saya diki dan yayan ( mereka lahir dari bulu kera). Kita tiba di ladang hari sudah mulai siang dan tidak terlihat tanda-tanda keberadaan siluman kera. Sepertinya memang tidak ada siluman kera pagi hari itu. Karena tidak mau datang sia-sia jadi gua putuskan untuk berburu burung di tepian ladang. Ada banyak burung yang kita temui di tepian ladang, satu persatu kita coba tembak pakai senapan namun semuanya gagal. Kemudian ada satu burung yang tampaknya sedang santai bertenger di dahan pohon, jaraknya hanya tiga meter dari tempat kami berdiri. Bergantian kami mencoba menembaknya namun tetap tidak ada yang mengenainya, setelah itu barulah gua sadar kalo kami memang belum bisa menembak.
Akhirnya kita putuskan untuk beristirahat di pondok ditengah ladang. Sembari bersantai gua lihat ada siluma ayam berkeliaran di pinggir pondok, jaraknya kurang lebih empat meter dari tempat kami duduk. Iseng-iseng gua coba untuk menembak siluman ayam itu, tiga tembakan pertama meleset. Beruntung tembakan ke empat tepat mendarat dikaki siluman ayam itu dan sontak terjatuhlah sasaran saya. Dengan bangga gua pamerin aksi gua ke sepupu-sepupu gua. Mereka tetawa dan yayan berkata " laila kak, atu ayam ebak kamu..!!??". Mendengar itu gua tersentak kaget karna yang gua tembak adalah ayam milik ayah saya sendiri...
Kesimpulan
1. Serahkan pekerjaan pada ahlinya,
2. Berlatihlah menembak sebelum berburu.
3. Berlatih lah menembak dengan sasaran yang bukan milik ayahmu. Misalnya tetanggamu.
4. Jangan dilakukan tanpa pengawasan ahli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar